METODE PERAMALAN

Metode peramalan penyakit berdasarkan data klimatologi adalah sebagai berikut:

1) Kondisi cuaca pada bulan-bulan antara waktu-waktu musim tanam terutama yang berpengaruh terhadap ketahanan hidup inokulum tanpa tanaman inang.

Keadaan ini umumnya berhubungan dengan ketahanan hidup patogen di tanah, di serasah atau pada vektornya di antara dua musim tanam (untuk tanaman semusim). Keadaan cuaca yang ekstrim antara dua musim tanam dapat mengurangi daya tahan hidup patogen atau vektornya sehingga menekan inokulum pada musim tanam berikutnya. Sebagai contoh adalah jamur penyebab busuk buah cranberry di penyimpanan akan menyerang parah jika pada bulan Mei dan Juni suhu tinggi. Mei dan Juni adalah dua bulan sebelum cranberry di lapangan berbunga. Pada umumnya Juli dan Agustus adalah waktu yang cocok bagi pembuahan cranberry di lapang jika suhu tinggi. Namun di lain pihak jika pada bulan Juli dan Agustus terjadi curah hujan yang tinggi maka terjadi pembusukan cranberry. Contoh lain adalah beratnya serangan keriting pucuk bit gula yang dapat diramalkan melalui kondisi suhu dan kelembaban yang mempengaruhi masa istirahat kutu daun yang menjadi vektor virus keriting. Epidemi penyakit keriting terjadi jika banyak kutu daun yang dapat bertahan hidup di musim dingin dan kemudian langsung bermigrasi pada awal musim semi yang bertepatan dengan stadium kecambah tanaman bit gula di lapangan. Musim panas yang sejuk meningkatkan populasi kutu daun sebagai vektor virus. Kutu daun segera memperoleh nutrisi dari kecambah bit gula sehingga virus keriting tertular ke kecambah tersebut. Musim dingin yang tidak mencekam menguntungkan serangga sehingga tetap bertahan. Epidemi akan terjadi sesuai kondisi tanaman rentan di lapang, dan dengan asumsi bahwa kutu daun memang telah terinfeksi virus yang dapat ditularkan. Oleh karena itu epidemi dihindari dengan pengunduran penanaman bit sehingga sewaktu terjadi migrasi kutu daun tidak terdapat kecambah bit gula di lapang. Luasan yang seharusnya ditanami bit gula dapat ditanami dengan tanaman lain hingga masa migrasi kutu daun terlewati. Contoh lain lagi adalah bakteri Erwinia stewartii penyebab layu pada jagung yang bertahan selama musim dingin pada kumbang flea dewasa. Suhu tinggi atau hangat di musim salju melindungi kumbang flea dari kepunahan. Selanjutnya bakteri yang bertahan pada serangga ini akan menjadi sumber inokulum untuk epidemi pada musim semi dan panas berikutnya. Epidemi penyakit layu stewartii pada jagung terjadi jika jumlah suhu rata-rata bulanan yang terjadi di bulan Desember, Januari, dan Februari mencapai angka indeks 100 atau lebih. Jika angka indeks di bawah 90 tidak terjadi penyakit layu, sedangkan jika antara 90 dan 100 serangan bakteri tidak parah. Berdasarkan angka indeks 100 maka petani jagung dapat menentukan penggunaan insektisida untuk pengendalian kumbang flea yang menyebarkan bakteri layu.

2) Kondisi cuaca selama musim tanam

Faktor suhu dan kelembaban merupakan dua kondisi yang digunakan sebagai dasar peramalan. Keadaan suhu dan kelembaban yang mendukung terjadinya penyakit berbeda-beda untuk jenis penyakit yang berbeda. Namun dapat juga terjadi untuk satu jenis penyakit yang sama maka suhu dan kelembaban yang mendukungnya berbeda karena kondisi ekologi pertaniannya berbeda. Pengaruh iklim terhadap terjadinya penyakit sangat kompleks. Iklim tidak hanya mempengaruhi siklus infeksi, tetapi juga mempengaruhi ketahanan tanaman serta jumlah dan aktivitas vektor patogen. Sebagai contoh adalah peritesia jamur Venturia inaequalis penyebab kudis apel bertahan di musim dingin pada daun-daun yang jatuh. Askospora yang dilepaskan pada permulaan musim semi akan memulai siklus primer patogen. Oleh karena itu penyemprotan fungisida hendaknya dilakukan sebelum musim berbunga sehingga ketika musim berbunga tiba yang merupakan saat kritis tanaman tidak ada askospora yang dapat menginfeksinya. Keterlambatan penyemprotan fungisida tidak dapat menahan terjadinya penyakit di musim panas, walaupun kemudian dilakukan frekuensi penyemprotan yang tinggi untuk mengendalikan penyakit. Peramalan kudis apel dideskripsikan sebagai berikut: Jika suhu udara 200C dan pucuk daun basah oleh embun selama 18 jam sedang kelembaban tinggi, maka perlu penyemprotan fungisida untuk melindungi pucuk dari kudis. Pada peramalan hawar daun kentang Phytropthora infestans ditekankan bahwa suhu di daerah penghasil kentang yang pada umumnya antara 16-210C harus ada embun selama paling sedikit empat jam di malam hari dan suhu minimum 100 C, udara berawan dengan ketebalan 0,8 serta curah hujan selama 24 jam terus menerus sebesar 0,1 mm lebih. Di Inggris dan Belanda terjadi epidemi hawar kentang jika suhu 160C dan kelembaban udara 75 % . Namun di Amerika Serikat epidemi hawar kentang terjadi pada suhu 240C dan kelembaban udara 95% selama 10 jam atau lebih.

3) Banyaknya penyakit pada tanaman muda

Penyakit karat daun gandum oleh jamur Puccinia tritici di Oklahoma terjadi saat banyak tanaman gandum muda di kebun yang mulai ditanam pada bulan Desember hingga Maret. Oleh karena itu Jamur Puccinia terus berkembang di bulan April yang suhunya sesuai bagi perkembangannya.

4) Banyaknya propagul patogen di udara, tanah, dan bahan tanaman.

Jumlah inokulum di udara atuau ditanah dapat diketahui dengan penangkapan spora. Penyakit lanas pada tanaman tembakau yang disebabkan oleh jamur Phytopthora infestans dapat dideteksi dengan cara menangkap spora jamur parasit yang ada di tanah atau di pupuk kandang yang digunakan sebagai pupuk tanaman tembakau. Spora dideteksi dengan cara membuat bubur tanah atau pupuk kandang yaitu mencampur tanah atau pupuk kandang dengan air sebanyak satu liter. Bubur tanah dioleskan pada permukaan bawah daun tembakau. Daun yang telah diolesi bubur diletakkan di nampan dan dijaga kelembabannya dengan menutupinya dengan daun pisang selama 24 jam. Setelah itu daun dibersihkan dari bubur tanah dan ditempatkan kembali pada keadaan lembab selama tiga hari. Bercak yang muncul dihitung dan dihitung spora yang berhasil dikorek dari bercak tersebut. Spora dihitung dengan hematositometer di bawah mikroskop.

BAHAN DISKUSI

1) Apakah arti pernyataan Peramalan epidemi penting! (Jawab: peramalan dapat mendasari langkah pengelolaan pertanaman atau khususnya pengendalian penyakit yang akan dilakukan)

2) Pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk membuat peramalan suatu penyakit tanaman? (Jawab: pengetahuan mengenai siklus hidup patogen yang meliputi cara patogen beristirahat, cara menyebar, dan cara menginfeksi, serta pengetahuan tentang tingkat kerentanan tanaman dalam berbagai stadia pertumbuhan (umur kritis tanaman terhadap infeksi suatu patogen) dan pencatatan data penunjang yang meliputi data cuaca di pertanaman).

3) Mengapa kondisi cuaca pada bulan-bulan antara waktu-waktu musim tanam berpengaruh pada epidemi penyakit? (Jawab : karena cuaca tersebut mempengaruhi ketahanan hidup inokulum tanpa tanaman inang).

4) Contoh kasus pada pertanyaan nomor 3 adalah kasus bakteri Erwinia stewartii penyebab layu pada jagung yang bertahan selama musim dingin pada kumbang flea dewasa. Suhu tinggi atau hangat di musim salju melindungi kumbang flea dari kepunahan. Selanjutnya bakteri yang bertahan pada serangga ini akan menjadi sumber nokulum untuk epidemi pada musim semi dan panas berikutnya. Epidemi penyakit layu stewartii pada jagung terjadi jika jumlah suhu rata-rata bulanan yang terjadi di bulan Desember, Januari, dan Februari mencapai angka indeks 100 atau lebih. Jika angka indeks di bawah 90 tidak terjadi penyakit layu, sedangkan jika antara 90 dan 100 serangan bakteri tidak parah).

PUSTAKA

Agrios, G.N. 1988. Plant Pathology. 3th Edition. Academic Press. California..

Zadoks, J.C. dan R.D. Schein. 1979. Epidemiology and Plant Disease Management. Oxford University Press. New York.

Tinggalkan komentar